Pemprov Jawa Tengah mendirikan sekolah menengah kejuruan (SMK) khusus
untuk siswa miskin. Selama tiga tahun siswa tinggal di asrama dan seluruh
kebutuhan dari seragam, buku, hingga uang saku ditanggung.
Sekolah ini bernama SMK Negeri Jateng. Saat ini SMK yang baru ada pada
era Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ini ada tiga. Yakni di Kota Semarang,
Kabupaten Pati, dan kabupaten Purbalingga.
Meski baru diresmikan pada 2 Juni 2014, SMK Negeri Jateng sudah meraih
sejumlah prestasi. Di antaranya; peringkat 1 Ujian Nasional kategori SMK Negeri
se-Jateng, peraih nilai 100 pada UN Matematika sebanyak tujuh siswa, Juara I
Olimpiade Sains Terapan Nasional (OSTN) Kimia tingkat Jateng, dan Juara I
Nasional Lomba Kewirausahaan BMC di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
"Lulusan terbaik meraih nilai UN 94,2. Sebanyak 42 persen lulusan dapat
terserap industri/ usaha, sekitar lima persen ingin melanjutkan studi ke
jenjang lebih tinggi. Tentunya, peluang kerja langsung tersebut dapat
penghasilan membantu ekonomi keluarga," kata Wakil Kepala Humas SMK Negeri
Jawa Tengah Suyoto saat ditemui di kantornya di Jalan Brotojoyo 1 Kota
Semarang.
Ya, ketika lulusan SMK lain kebingungan mencari kerja, di sini justru
bingung memutuskan tawaran perusahaan. Pada wisuda lulusan pertama 17 Juni
lalu, perwakilan belasan perusahan ikut hadir dan langsung menawarkan
pekerjaan. DIantaranya jajaran direksi PT Hitachi, PT Astra, PT Komatsu,
sejumlah perusahaan garmen, perusahaan suku cadang alat berat, dan pimpinan
BUMD di Jateng.
Walhasil resepsi wisuda itu malah mirip ajang bursa kerja. Bukan para
siswa yang mencari pekerjaan, namun justru pimpinan perusahaan-perusahaan besar
di Jateng yang berebut tenaga kerja berkualitas. Kini SMK Jateng ini laris jadi
lokasi studi banding sejumlah daerah di Indonesia yang ingin mendirikan sekolah
serupa.
"Kami memastikan seluruh lulusan pertama tahun ini sudah mendapatkan
pekerjaan. Yang kuliah juga banyak dan semuanya beasiswa ada di UGM, Polines,
Unnes, STAN dan STEM Akamigas Cepu," kata Suyoto.
Produk bermutu tinggi yang dihasilkan SMK Jateng ini membuktikan bahwa
siswa dari keluarga miskin mampu bersaing jika mendapat akses pendidikan
setara. Pada saat pendaftaran, para guru melakukan verifikasi dengan kunjungan
langsung ke rumah siswa. Hal ini dilakukan untuk memastikan siwa benar-benar
dari keluarga tidak mampu.
"Seperti apa rumahnya, ekonomi orang tuanya, dan kemauan
belajarnya," katanya.
Dalam satu kamar, di asrama tersebut diisi sekitar enam siswa dengan
sistem among, pola asah asih asuh dengan sebaya dan juga adik kelas. Hal ini
ungkap Suyoto untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan bagi para siswa. Hubungan
antara siswa, pamong dan juga orang tua siswa pun terjalin dengan baik meski
tidak setiap saat berkomunikasi.
"Mereka saling tahu, soalnya kan anak juga tidak boleh membawa HP,
jadi kalau ada informasi apa melalui pamong. Anak boleh menghubungi orang tua
melalui pamong," katanya.
Terdapat tujuh program studi keahlian di sekolah tersebut, yakni lima
program studi di Semarang dan dua di Pati. Lima program tersebut yakni Teknik
Bangunan, Teknik Elektronika, Teknik Ketenagalistrikan, Teknik Mesin dan Teknik
Otomotif sedangkan dua yang di Pati yakni Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian
dan Teknik Otomotif.
Salah seorang siswi kelas XI, Anggun, mengatakan sangat senang dan bangga
bisa masuk di SMK Negeri Jateng. Terkait dengan kehidupan asrama yang disipln,
ia mengaku cukup kaget di awal. Namun saat ini, ia justru berterimakasih dengan
sistem yang diterapkan. "Sekarang sudah menjadi kebiasaan, dan saya juga
pastinya jadi lebih mandiri dan disiplin," ujar warga Puspanjolo Semarang
tersebut.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan berdirinya
SMK ini merupakan wujud kehadiran negara dalam memberikan ruang pada setiap
anak yang ingin menggapai cita-citanya dengan pendidikan. Terutama bagi mereka
yang keadaannya kurang beruntung.
"Yang berbohong pura-pura miskin dan tidak jujur maka akan di coret
dan digantikan dengan orang yang benar-benar jujur, berkompeten dan
berprestasi," tandas Ganjar.